Kamis, 12 Maret 2009

TIP MENGATASI RASA KANTUK SAAT BELAJAR

TIP MENGATASI RASA KANTUK SAAT BELAJAR
By: Waidi Akbar

Seorang mahasiswa peminat NLP bertanya bagaimana cara mengatasi rasa kantuk pada saat membaca/belajar? Adakah tip-nya? Khususnya saat-saat menghadapi ujian semester.
Terserang kantuk saat membaca/belajar merupakan hal yang sangat umum dialami oleh banyak orang. Sepengetahuan saya, belum ada tip yang cespleng untuk mengatasi problem rasa kantuk saat membaca/belajar. Kalau pun ada, tip-tip juga masih subjektif sifatnya. Artinya, hanya pengalaman individual yang belum tentu cocok untuk orang lain. Di dunia terapi NLP pun belum ada yang secara khusus membahas masalah ini.
Terdorong untuk sharing dengan pembaca, saya mencoba meracik tip ini. Kritik dan saran saya harapkan. Racikan tip ini tentunya dalam perspektif NLP. Seperti diketahui bahwa NLP adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari cara kerja syaraf (neuron) merekam informasi, mengolahnya menjadi sebuah program kerja pikiran untuk tujuan positif tertentu.
Batasan
Yang dimaksud kantuk disini adalah rasa kantuk yang bukan karena tiga sebab utama yaitu: karena sakit, terlalu lelah dan kurang tidur. Siapa pun yang sakit, atu terlalu lelah memang dianjurkan untuk banyak istirahat atau tidur. Kantuk karena sakit adalah kantuk yang boleh jadi karena pengaruh obat yang diminum atau kondisi tubuh yang tidak fit.
Terkantuk-kantuk karena kurang tidur, itu wajar. Membaca/belajar dalam kondisi kurang tidur akan membawa rasa kantuk yang luar biasa. Kantuk karena kurang tidur itu wajar, tetapi kantuk karena cukup tidur, atau bahkan kelebihan tidur itu tidak wajar.
Sebab, tubuh kita hanya menuntut istirahat tidur minimal enam jam dalam dua puluh empat jam (sehari). Artinya tubuh kita sehat dengan tidur enam jam sehari. Maka apa bila kita tidur masih melebihi itu sebenarnya sebuah tindakan yang kurang ada manfaatnya bagi kesehatan tubuh.
Jika ada seseorang yang kantuk dan terus tidur karena jam tidurnya kurang dari enam jam itu wajar. Namun jika ada seseorang yang jam tidurnya sudah enam jam, tapi masih kantuk dan langsung tidur –saya sering berseloroh—itu adalah godaan setan yang terkutuk.
Tips
Baiklah, sekali lagi saya tekankan bahwa tip mengatasi rasa kantuk berikut ini adalah tip yang bukan karena disebabkan oleh kurang sehat (sakit) dan bukan karena kurang tidur atau lelah. Tip ini berlaku bagi mereka yang secara fisik sehat, tidak dalam kondisi kurang tidur dan tidak terlalu lelah.
1. Atur pola makan. Syaraf otak (neuron) dalam menjalankan tugas rutinnya sangat membutuhkan energi yang sumbernya dari makanan yang kita konsumsi. Jenis dan kualitas makanan yang kita konsumsi berpengaruh terhadap kinerja otak (pikiran). Maka aturlah pola makan dengan makanan yang mudah dicerna sehingga suplay energi tidak telat. Bila kita mengkonsumsi makanan yang berat, terlalu berserat yang sulit dicerna, energi habis untuk mencerna bahan makanan, suplay energi ke syaraf bekurang sehingga kantuk datang menyerang.
2. Asosiasikan/bayangkan apa yang diharapkan dari kegiatan belajar itu. Skor atau nilai yang tinggi misalnya. Tidak cukup hanya membayangkan, tapi harus diikuti oleh keinginan yang kuat untuk mendapatkannya. Tanpa keinginan yang kuat, emosi yang “membara” untuk memperolehnya, maka akan mudah terserang rasa kantuk. Sebab, salah satu hukum pikiran mengatakan bahwa “pikiran akan memberi apa yang diinginkan pemiliknya”. Bila pemiliknya meminta setengah hati, pikiran akan memberikan setengah hati pula. Artinya, pada saat kantuk dating dan karenan niatnya setengah hati, maka pikiran lantas welcome to kantuk!
3. Programlah pikiran bawah sadar Anda dengan cara self talk (bicara pada diri sendiri, membatin terus). Salah satu cara untuk membuat program dalam pikiran bawah sadar adalah dengan cara self talk secara persisten. Self talk yang harus dilakukan adalah “Saya selalu terjaga dalam belajar!”. Lakukan sesering mungkin dan seintens mungkin hingga benar-benar menjadi bagian dalam pikiran bawah sadar. Bagian inilah nanti yang akan mengingatkan dengan keras saat Anda mulai terkantuk-kantuk. Bagian ini yang nanti akan “protes” bila Anda mulai berpihak pada rasa kantuk.
4. Aturalah posisi duduk siap belajar. Jangan belajar sambil duduk bersandar/kepala disandarkan. Jangan pula belajar sambil tiduran. Posisi duduk berpengaruh terhadap datangnya rasa kantuk. Kenapa posisi duduk berpengaruh terhadap datangnya kantuk? Karena menurut kaidah NLP, bahwa posisi atu gerak tubuh mempengaruhi kondisi pikiran. Bila Anda duduk bersandar, kondisi pikiran terbawa bada kondisi rileks, atau kondisi siap untuk ngantuk/tidur.
5. Patahkan pola kantuk Anda. Kantuk itu ada polanya. Diawali dari pola makan yang sulit dicerna (berserat), menguap tanda kantuk, lalu duduk bersandar, dan …. akhirnya bisa pulas. Meskipun pada saat kantuk datang pikiran bawah sadar segera mengingatkan untuk selalu terjaga, namun bila tidak ada keberanian dari Anda untuk mematahkan pola kantuk, maka rasa kantuklah yang menang. Bablas tidur…!
Salah satu caranya adalah begini. Begitu rasa kantuk datang, sudah mulai menguap, jangan lanjutkan dengan duduk bersandar. Tetapi cari aktifitas jeda, aktifitas pemutus agar kantuk terusir. Caranya macam-macam: bisa berdiri dan lakukan gerakan-gerakan ringan, seperti jalan-jalan sebentar, bikin kopi juga boleh. Seperti yang saya lakukan, pada saat menulis artikel ini saya terserang kantuk –maaf baru makan siang, Maka saya segera mencari aktifitas pemutus pola kantuk yakni dengan cara jalan-jalan kecil di ruangan sekedar manyapa teman dan refresing. Hasilnya, tidak kantuk lagi dan dapat menyelesaikan artikel ini.
Tehnik mematahkan pola (pikir dan kebiasaan) menjadi salah satu bahasan penting dalam NLP. Sebab, hampir semua inovasi, penemuan baru, dan hal-hal yang berkaitan dengan kreativitas, diawali dengan keberanian “mematahkan” pola lama, dan mengantinya dengan pola baru. Adalah tidak mungkin ingin mendapatkan sesuatu yang baru, tetapi masih dengan cara (pola) pikir lama. Demikian halnya dengan pola kantuk yang pada akhirnya (hasilnya) tidur, maka sebelum kebablasan tidur, maka polanya harus diputus.
Tip ini masih subjektif sifatnya. Artinya masih perlu banyak bukti tentang efektifitasnya. Namun, hemat saya, keberhasilan tip ini sangat tergantung pada sejauh mana Anda benar-benar mau membuang rasa kantuk setiap kali Anda terserang. Semakin kuat keinginan Anda untuk benar-benar mengalahkan kantuk, Anda akan berhasil. Selamat mencoba..

Sumbeer PorlaNLP.com
Dipublikasikan oleh Rustanto



MISI “SUMBER INERGI DAHSYAT TANPA BATAS”
By: Krishnamurti
“Wah, sulit sekali ketemu kamu sekarang ya, Krishna!”, seorang teman seperjuangan saya Herman Buntoro berseloroh.
“Jumat di Jogja, Sabtu di Palembang, Minggu sampai tengah malam siaran di Radio Sonora, Senin pagi-pagipun sudah kembali siaran di Radio Sonora. Kapan kamu tidurnya? Apa sih rahasianya? Dari mana tenaga kamu?”
Pertanyaan dan pernyataan ini sempat membuat saya terdiam dan bertanya dalam diri: “Iya, ya… Dari mana tenaga yang dahsyat ini?”. Thanks Herman Buntoro atas pertanyaan yang sangat reflektif tersebut. Ada lagi dari para peserta dan teman-teman di berbagai kota: ”Bagaimana Anda bisa melakukan Seminar/Workshop/Pelatihan atau apapun namanya hampir 1.000 kelas dalam 6 tahun hampir tanpa iklan sama sekali?
Terus terang, cukup lama saya merenung. Mengapa? Karena saya juga tidak tahu mengapa… Mungkin, ini mungkin lho. Karena saya sudah bertemu dengan misi hidup saya. Sekali lagi mungkin ya… Menurut saya…
Misi Hidup adalah Alasan Mengapa Kita Hidup di Dunia ini.
Saya tidak punya strategi apapun untuk membangun bisnis pelatihan ini. Yang saya tahu adalah setelah saya mengikuti pelatihan yang membangkitkan sesuatu dalam diri saya yakni pelatihan ABC (Awareness Before Change) yang dibimbing oleh seorang Guru yang sangat telaten membimbing saya sampai saat ini yakni Bapak Colonel (purnawirawan) Haji Izaideen Samsoodeen dari kampung Janda Baik, Malaysia, saya hanya punya niat yang sangat kuat untuk berbagi, berbagi dan berbagi saja kepada orang banyak tentang pengetahuan tersebut. Saya tidak terlalu peduli apakah dibayar maupun tidak dibayar. Karena saya menyukai pekerjaan ini. Saya senang mengerjakannya. Saya sangat bahagia bisa berbagi pengetahuan dan kemampuan yang saya miliki kepada orang banyak. Dan, lalu… ya…
Lalu, apa sih MISI hidup itu?
Pusing ah, kalo hanya dijelaskan melalui kata-kata. Yok, kita bercengkrama dengan Unconscious kita aja! Agar pertanyaan berikut ini masuk dan meresap ke dalam hati, bacalah paragraf ini dengan perlahan-lahan sekali… Tenangkan dulu diri Anda. Tarik nafas perlahan dan hembuskan perlahan-lahan…
“Jika kita berani hidup, kita harus berani mati, bukan?”
(tahan nafas dan dalam hati baca perlahan: 10..9..8.. hembuskan)
“Dan, memang semua dari kita pasti mati, bukan?”
(tahan nafas dan dalam hati baca perlahan: 7..6..5.. hembuskan)
“Jadi (hening 1..2..3.. detik), mengapa kita harus takut mati?”
(dalam hati baca perlahan: 4.. tarik nafas dalam-dalam dan tahan nafas)
“Mengapa begitu banyak orang di dunia ini takut dengan kematian?”
(hembuskan nafas perlahan sebanyak mungkin)
“Jawabannya adalah banyak orang belum tahu alasan mengapa dia hidup, bukan?”
(tahan nafas dan dalam hati baca perlahan: 3..2..1..)
“Untuk apa aku hidup di dunia ini?”
“Apa alasan Allah menciptakan aku ke dunia ini?”

(endapkan saja pertanyaan ini, biarkan Unconscious Anda yang menjawabnya)
Anda boleh ulangi pertanyaan reflektif di atas beberapa kali, amati apa yang Anda rasakan. Seru, bukan? Kalo Anda merasakan seru, bagikan teknik diatas ke orang lain ya… Tapi jangan minta bayaran lho he..he.. Wong, saya juga dapatnya gratis dari hasil perenungan diri diatas gunung. Jadi harus saya bagikan gratis juga kepada orang banyak, demikianpun Anda agar makin orang banyak yang bisa merasakannya. Walau belum tentu pas cara saya di atas untuk orang banyak. Ya, siapa tahu saja bisa pas. Yang penting niat berbagi… Nah, kira-kira…
Bagaimana proses awal MISI hidup saya?
Sejak kecil (mungkin SD) saya selalu berdoa seperti layaknya doa anak-anak kecil lainnya yakni ingin menjadi seseorang yang berguna untuk orang banyak. Mungkin yang membedakan saya dengan anak lain adalah ternyata saya terus melakukan doa tersebut sampai saya dewasa, sampai saya mengganti doa tersebut di tahun 2004 disalah satu sesi pelatihan Asia Works menjadi sebagai berikut: “Ya, Allah jadikanlah aku orang yang berguna untuk bangsa Indonesia ini” Dalam beberapa tahun terakhir, barulah saya paham bahwa ini yang disebut MISI Hidup.
Tahun 1995, saya pernah mengikuti retret panggilan dan menemukan panggilan saya adalah menjadi Guru (baca: mengajar), namun saya terus menolak panggilan itu. Sampai bertemu dengan Bapak Col (pur) Haji Izaideen, barulah saya mengambil keputusan untuk menjadi Pembicara atau Trainer. Untuk saya, bentuk atau wujud kegiatan Misi tersebut adalah jadi Pembicara atau Trainer. Materinya adalah sesuai dengan misi saya yakni seperti yang saya temukan di ABC yakni Awareness Before Change, jadi sampai hari ini saya hanya bicara itu-itu saja yakni Kesadaran Diri, saya hanya bicara tentang Kebenaran yang tentunya bisa saja sangat tidak nyaman dengan diri saya sendiri jika topik bahasannya masih bertentangan dengan diri saya sendiri (konflik antara Subconscious dan Unconsious, konflik antara Pembenaran dan Kebenaran). Gak enak, tauk! He..he..
Benar sampaikan benar. Salah sampaikan salah
Namun itulah Kebenaran, diri saya dulu yang harus berubah sebelum saya berbagi kepada orang banyak. Dalam hal kebenaran, tidak mungkin saya berbagi tentang teori. Tidak mungkin, karena tidak ada POWER-nya. Sayalah yang harus menjadi Contoh Nyatanya. Walau kadang saya menelan pil PAHIT dari Kebenaran itu sendiri, seperti kejadian September 2006 lalu yang bertujuan menghancurkan diri saya yakni kasus oknum Hypnoterapis yang berbuat tidak senonoh pada orang dekat saya, dengan alasan terapi untuk menolong orang tersebut. Terapi hypnosis ini oleh si oknum diberi nama terapi “Merubah Karma Menjadi Dhamma”. Yang tentu saja itu hanyalah akal-akalan oknum tersebut saja, karena setelah saya bertanya kepada teman-teman saya yang beragama Buddha, tidak ada istilah dan ajaran tersebut.
Pada waktunya, akan saya ceritakan semua Kebenaran kasus ini ke publik demi kepentingan orang banyak. Ada teman wartawan yang bertanya pada saya: “Apakah Anda tidak takut reputasi Anda tercemar jika kasus penyalah guna profesi Hipnoterapis ini dibuka untuk umum?” Saya hanya mengatakan:
“Ya, itulah kebenaran. Benar sampaikan benar. Salah sampaikan salah. Toh, dalam hidup ini saya tidak pernah mencari reputasi atau populeritas. Jadi mengapa takut hancur? Apa yang hancur? Karena memang tidak ada yang bisa dihancurkan”
Membabarkan Kebenaran adalah Misi hidup, makanya dia menjadi sumber energi dahsyat tanpa batas. Berbagi juga adalah misi hidup, tentunya maksud saya adalah Berbagi tanpa pamrih. Misi berbagi juga merupakan sumber energi dahsyat yang luar biasa. Kita pelajari beberapa misi orang besar di dunia ini.
MISI yang berfokus pada KARYA bukan Financial
Saya sangat kagum dengan pesan Santa Bunda Teresa yakni: “Bukan tindakan besar dan hebat yang menentukan hidup kita, melainkan kesetiaan dalam menekuni pekerjaan-pekerjaan kecil dan tidak berarti”.
Jadi teruslah berbagi, berbagi dan berbagi. Baik dibayar maupun tidak dibayar, saya terus saja berbagi. Materipun hanya itu-itu saja yakni AWARENESS. Tidak bosan? Tidak. Mengapa? Karena itu adalah misi saya. Juga mengapa bisa bosan? Bagi saya, materi boleh sama, namun pesertanya berbeda, bukan?
Mengikuti jejak tokoh yang saya kagumi ini, sejak saya mulai menekuni profesi trainer, pembicara publik atau umum sering menyebut saya sebagai Motivator sekitar 6 tahun lalu, saya selalu menyatakan bahwa profesi Motivator adalah berdakwah. Jadi jangan pusingkan uang, karena akan datang dengan sendirinya. Kita hanya perlu fokus untuk berbagi, berbagi dan berbagi saja kepada orang yang membutuhkan.
MISI yang berfokus pada KARYA bukan Populeritas
“Jika kita tidak peduli siapa yang mendapat pujian, maka akan banyak karya besar yang bisa dilakukan” demikian pesan Jesuit yang tertanam dalam diri saya sejak ber-SMP Xaverius II di Palembang yang sangat kuat pengaruh displin Jesuit-nya, sungguh sangat Keras tapi Bebas, bingung kan? Kami saja bingung he..he.. Tapi itulah misi, tidak perlu dimengerti oleh pikiran namun dipahami oleh Hati.
Masih banyak contoh lainnya, terutama dari cerita-cerita Kaum Sufi dari berbagi agama. Baiklah, berikut ini sedikit sharing teknik racikan saya untuk “ngomong-ngomong” dengan hati saya sendiri tentang Misi hidupku:
1. Cari posisi duduk yang nyaman, boleh posisi apa saja, bebas saja deh…
2. Masuk dalam suasana hening dulu. Boleh gunakan cara apapun sesuai iman keyakinan Anda seperti Dzikir, Meditasi Hening, Doa Taize, Doa Syafa’at atau hanya berdiam hening. Pakai musik lembut, juga oke. Ah, mau gunakan Aromatherapy, lebih siiip. Asal jangan kemenyan ya he..he..
3. Setelah sangat tenang, bayangkan atau rasakan diri Anda muncul dari kejauhan dan datang mendekat ke diri Anda yang sedang duduk. Lalu ajaklah diri Anda berdialog berikut ini: (boleh direkam dulu dengan suara yang perlahan, tenang dan lembut)
Mari masuklah ke dalam hatiku.
Masuklah ke dalam hatiku yang paling dalam.
Masuklah ke dalam relung hatiku yang terdalam.
Disana tersimpan sebuah buku. Buku kehidupan.
Yang mencatat semua kejadian dalam hidupku.
Sejak dalam kandungan ibuku sampai saat ini.
Ambillah buku kehidupanku itu dan bukalah.
Bukalah di halaman terakhir.
Halaman terakhir hidupku di dunia ini.
Itu adalah hari terakhirku di dunia ini.
Tanyakan pada hatiku:
Jika ini adalah ahri terakhirku,
sebagai apa aku ingin dikenang dalam hidup ini?
Apa misi hidupku di dunia ini?
Sekali lagi ini adalah cara, teknik atau metode ala racikan si Krishna yang sekali lagi mungkin saja bisa tidak pas untuk orang lain. Saya hanya punya niat berbagi saja, siapa tahu berguna.
Canangkan Misi Hidup Anda
Setelah saya menemukan Misi Hidup saya, entah kenapa saya tergerak untuk mencanangkan Misi Hidupku untuk Bangsa ini. Saya tulis dan canangkan saat diundang menjadi pembicara dihadapan sekitar 4.000-5.000 orang pada hari Ulang Tahun PT Columbia 1 Maret 2007. Berikut Misi yang saya canangkan itu (untuk PortalNLP, sudah saya posting Misi Hidup ini lengkap dengan panduan saat saya membacakannya):
Siapapun boleh menjegal pribadi saya.
Siapapun boleh menjegal diri saya,
Namun jangan pernah dan janganlah pernah.
Menjegal misi saya untuk bangsa Indonesia ini.
Misi yg sudah menjadi doa saya sejak kecil.
Menjadi orang yg berguna untuk bangsa ini.
Karena itu artinya perang. Ya, perang!
Sekali saya canangkan perang.
Maka akan saya selesaikan.
Walau nyawa saya adalah bayarannya.
Saya lebih memilih meninggal sebagai orang yang berguna.
Dari pada meninggal sebagai orang yang hina.
Saudaraku, mari canangkan Misi-mu untuk bangsa ini!
Sujudku untukmu Indonesiaku!
Krishnamurti
Catatan: Saya buat artikel ini sudah sekitar setahun yang lalu, hanya dilengkapi pada saat sedang selesaikan buku di Jogjakarta, 23 Oktober 2008. Mungkin ada hubungan tertentu antara diri saya dengan Jogjakarta. Ya, mungkin saat jadi relawan pada gempa Jogja… Mungkin…
Sumbeer PorlaNLP.com
Dipublikasikan oleh Rustanto

For employee: Garis imajiner “Teknik gampang pindah state”
By: Krishnamurti

Revisi 3 (ada sedikit tambahan ide & pengalaman)
“Bagaimana mengolah pikiran, agar saat kita meninggalkan kantor, persoalan kantor tertinggal di kantor. Sehingga saya jadi fresh saat tiba di rumah. Demikian pula sebaliknya…”
Demikian pertanyaan yang cukup sering (bahkan agak banyak) muncul pada acara seminar Parenting yang kami lakukan selama tahun 2007 lalu. Menurut saya sih gampang-gampang saja, dan selama ini sangat efektif. Terutama saat saya masih bekerja sebagai IT Manager di sebuah perusahaan sampai akhir tahun 2001 lalu.
Ini yang saya lakukan dan setelah belajar NLP, teknik sederhana dan gampang ini ternyata NLP banget, bok! Tapi saya dapatkan ide ini dari sebuah buku yang saya lupa namanya, kalau tidak salah karya Shakti Gwain tentang Kekuatan Visualisasi.
1. Karena kantor di lantai 3, jadi saya membuat Garis Imajiner di pintu masuk lantai dasar. Caranya saya membayangkan menyoret garis di lantai dari titik A ke titik B. Bayangkan saja persis seperti kita membuat garis di lantai dengan menggunakan kapur barus berwarna putih.
2. Setelah garis dibuat, sepakati yang mana bagian diluar kantor dan yang mana bagian didalam kantor. Ada area yang menyatakan sebelum dan sesudah. Sebut saja: Bagian Luar Kantor (Baluk) dan Bagian Dalam Kantor (Badak).
3. Beritahu ke Unconscious bahwa kita akan membuat program ini, nah kalau bagian ini adalah tambahan baru yang saya dapatkan idenya dari training NLP Design Human Engineering di Orlando, Maret lalu. Beritahu bahwa kita akan berpindah STATE dari bagian Baluk ke badak dengan cara melewati garis tersebut. Cukup kayak ngomong dalam hati saja, kok. Mudah-mudah sajalah…
4. Setelah itu, lakukan perpindahkan STATE dengan melibatkan semua alat indra V.A.K. Ada beberapa ide untuk ini dan pilih yang Anda rasa pas untuk Anda:
1. Kaki kiri tetap di Baluk, kaki kanan di Badak, artinya kita mau meninggalkan semua perasaan yang ada dalam diri ini di area Baluk. Kapan? Saat mengangkat kaki kiri melangkahi garis imajiner menuju ke Badak. Saat melatih bagian ini, rasakan semua perasaan tertinggal di area Baluk.
2. Buang nafas sebanyak mungkin saat masih di Baluk, tinggalkan semua perasaan yang ada dalam diri ini di area Baluk. Lalu, sambil kaki melangkahi garis imajiner dan saat masuk ke area Badak, tarik nafas yang dalam dan rasakan kesegarannya.
3. Hentakkan kaki (boleh kiri atau kanan) di area Baluk sebagai pesan ke Unconscious untuk meninggalkan segala perasaan yang mungkin “mengganggu” dan pindah ke Peak State di area Badak.
4. Di area Baluk, mata Anda menghadap ke bawah, saat pindah ke area Badak, mata Anda mendelik ke atas setinggi mungkin.
5. Anda boleh memilih salah satu ide di nomor 4 atau boleh juga mengkombinasikannya.
6. Lakukan sebaliknya saat pulang dari kantor menuju ke rumah, boleh di garis imajiner yang sama (sebaiknya demikian). Hanya melakukannya terbalik.
7. Latih, latih dan latih sampai Anda terbiasa…
Sedikit catatan:
1. Garis Imajiner ini juga bisa Anda buat di rumah, seperti di pintu garasi rumah sebagai tanda batas bahwa urusan rumah adalah di rumah, jangan dibawa keluar. Dan, urusan luar adalah urusan luar, jangan dibawah ke rumah.
2. Cara kerja Teknik Garis Imajiner persis sama dengan teknik yang ada di NLP yakni Circle of Influence. Jadi bagi Anda yang sudah memahami Circle of Influence, dapat membuat Garis Imajiner lebih mantap lagi.
3. Jika Anda menguasai teknik Trancing-In dan Trancing-Out, sungguh sangat baik Anda memprogram area A ke B dengan teknik ini dalam kondisi trance, karena hanya butuh sekali program saja, tanpa perlu pengulangan lain.
4. Teknik ini juga selalu saya gunakan saat pindah state dari sebelum bicara di panggung, naik ke panggung dan berada di panggung. Banyak orang mengamati bahwa saya (tepatnya “state” saya) sangatlah berbeda jika berada di atas panggung sebagai pembicara, dibandingkan saya saat di kehidupan biasa dibawah panggung, menjadi orang biasa saja yang sederhana… Iyalah, yauuu…
Selamat berlatih dan ingat! Dalam latihan, tidak ada kata “gagal”, Anda hanya belum terbiasa saja…
Krishnamurti
NB: Artikel ini saya tulis di komputer Bandara Cengkareng sambil nunggu panggilan naik pesawat dan sempat ketemu dan ngobrol dengan Motivator No. 1 Indonesia yakni Bpk Andrie Wongso, bahkan sempat sebelahan duduk dan buka internet bareng…

Leadership Modeling
By: Teddi P. Yuliawan

”Anda adalah seorang pemimpin sejati jika setiap orang tidak memerlukan kehadiran Anda untuk membuat mereka bergerak”
Tiba-tiba saya teringat seorang general manager di tempat saya bekerja setahun yang lalu. Awal tahun 2006, ia yang sebelumnya banyak berkutat dengan pekerjaan di ranah bisnis tiba-tiba didaulat untuk menggawangi human resource (HR). Tidak ada yang terkejut dengan penunjukan ini, karena ia toh memang dikenal sebagai seorang pribadi yang humanis.
Secara kasat mata, saya tidak melihat adanya hal yang teramat baru yang ia lakukan terhadap tim kami. Pun, tidak ada kebijakan yang terlalu revolusioner layaknya yang pernah ia lakukan dulu.
Dan, tahun 2006 pun berakhir. Praktis, ia hanya setahun memimpin tim kami, untuk kemudian menjadi presiden direktur di salah satu anak perusahaan grup tempat perusahaan kami bernaung. Tim kami pun kembali dipimpin oleh GM yang lama.
Namun, sesuatu yang aneh baru saya rasakan di tahun 2007 ini. Tidak ada lagi seseorang yang ketika ada sebuah proyek dadakan mengatakan, ”Hey, kita dapat challenge nih!” sambil tersenyum senang. Tidak ada lagi suara yang masuk ke ruangan ketika kami lembur sembari menepuk punggung dan bercengkrama membicarakan impian masa depan. Tidak ada lagi orang yang begitu bersegera bertindak ketika ada karyawan—apapun levelnya—yang keluarganya meninggal. Tidak ada lagi orang yang begitu sering menyebutkan judul buku yang sudah ditulisnya, ”Jangan cuma bermimpi, mulai saja!”.
Hey! Saya memang amat merasa kehilangan semua itu. Tapi mengapa ingatan tentang kata-kata, perilaku, dan perasaan bangga bersamanya tidak pernah hilang? Kami sudah sangat jarang bersua, namun begitu banyak memori tidak mau pergi dari ingatan saya. Ketika saya merasa bosan dengan beberapa tugas, seolah ada sebuah suara yang langsung berkata di telinga saya, ”Track record adalah metode pemasaran yang terbaik”, persis seperti yang pernah ia katakan.
Dan, ketika saya bercerita kepada beberapa rekan kerja saya, ternyata saya tidak sendiri! Mereka pun merasakan hal yang sama, meski dengan pengalaman yang berbeda. Wow!
Sejurus kemudian sebuah pertanyaan pun muncul dalam benak saya, ”Apa yang membuat seorang pemimpin begitu merasuk dalam hati para pengikutnya? Apa persisnya yang mereka lakukan sehingga tanpa kehadiran fisik setiap orang tetap dapat merasakan dukungan yang ia berikan?”
Ingatan saya pun melambung kepada berbagai kisah para pemimpin dunia yang pernah saya pelajari. Adakah Nabi Muhammad hadir secara fisik di hadapan umat Muslim sekarang? Jika tidak, mengapa mereka begitu bersemangat mengikuti ajarannya sampai saat ini? Masihkah Mahatma Gandhi bisa dilihat dan ditemui oleh rakyat India? Tapi mengapa ajarannya menjadi acuan hidup mereka yang bahkan tidak pernah mengenalnya?
Sebuah suara sayup-sayup pun menyelusup dalam hati saya: seorang pemimpin tidak berada di hadapan pengikutnya, ia ada di dalam hati mereka.
Penasaran dengan hal ini, saya pun mulai bereksperimen dengan menggunakan NLP. Yah, karena ilmu NLP yang masih cetek, jadilah saya memakai beberapa tools yang sederhana. Setelah berpikir beberapa saat, jadilah saya putuskan untuk menggunakan Nabi Muhammad, idola terbesar saya. Saya bukan seorang yang sangat dalam ilmu agamanya, namun sosok Rasulullah ini selalu membuat state saya berubah positif setiap saya mengingat kisah-kisah yang pernah saya dengar tentangnya.
Saya pun memejamkan mata. Hening…fokus ke dalam…dan perlahan-lahan memanggil ingatan saya tentang Nabi Muhammad. Karena tidak pernah sekalipun saya bertemu dengan Rasul, maka saya memulainya dengan mendengarkan kembali salah satu hadits (kalimat ajaran yang dirumuskan oleh Rasul, bukan wahyu langsung dari Tuhan) favorit saya, ”Shalatlah kamu, sebagaimana kamu melihatku shalat.” Kalimat ini istimewa bagi saya, karena ia NLP banget gitu loh. Bagaimana tidak, ilmu modeling dirangkum dalam 1 kalimat sederhana.
Dan, petualangan saya pun dimulai. Saya tidak bisa melihat sosok sang Nabi secara utuh. Beberapa orang mengaku pernah bisa, namun barangkali belum waktunya untuk saya. Tapi, seperti apapun sosoknya, energi yang saya rasakan begitu besar, tapi hangat, tepat seperti yang saya harapkan. Tampak sesosok yang bening, jernih, dikelilingi dengan lingkaran energi berwarna putih.
Dari sejarah, saya tahu ia hidup jauh sebelum saya lahir. Tapi anehnya, saya bisa melihat ia begitu dekat. Gambar itu berukuran sedang, tepat di hadapan saya, selayaknya sedang berhadapan dengan saya. Ketika saya mengajukan tangan untuk memegang tangannya, ada sebuah perasaan yang menyejukkan mendekati tangan kanan saya, tidak menyentuh secara langsung, tapi mengalirkan kesejukan itu masuk ke dalam tangan saya, terus hingga seluruh tubuh.
Ketika saya ulangi kembali hadits tadi, saya bisa mendengar suara itu begitu jelas, seolah dikatakan langsung kepada saya. Kualitas suaranya pas, dalam, dan penuh pancaran vibrasi yang merasuk sampai ke dalam relung hati.
Wuih! Ini rupanya yang dimaksud dengan ’pemimpin ada di dalam hati para pengikutnya’. Mmm…meskipun tidak sepenuhnya tepat, sih, karena pemimpin tidak saja ada di dalam hati, melainkan juga di dalam pikiran dan tubuh (melalui perilaku yang muncul karena meneladani mereka).
Saya pun penasaran: bagaimana ya seorang pemimpin bisa melakukan hal yang demikian?
AHA! Mengapa tidak gunakan cara yang sama? Bukankah tubuh dan pikiran adalah satu kesatuan sistem yang saling mempengaruhi. Jika saya set ’peta’ saya untuk menjadi seorang pemimpin yang saya inginkan, kemudian mengambil tindakan yang kongruen dengannya, tidakkah saya bisa menjadi pemimpin seperti itu? Well, tentu fly watch tetap penting, namun setidaknya saya terbang dengan cara yang benar alih-alih dengan cara yang kurang tepat.
OK, saya pun mencobanya. Agar lebih terasa hasilnya, saya fokuskan outcome saya ketika melakukan modeling. Saya amat tertarik dengan keahlian Nabi Muhammad untuk merangkai kalimat-kalimat singkat yang sarat makna. Konon, menurut Qurasih Shihab, ilmu ini disebut sebagai Jawami Al Kalim. Dan, hasilnya? LUAR BIASA! Perlahan-lahan, saya merasakan kemampuan saya merangkai kalimat-kalimat serupa meningkat. Dengan kemampuan ini, saya dapat mencapai salah satu outcome lain saya, yaitu menyampaikan ide-ide proyek saya kepada tim saya di kantor dengan resistensi yang minimal.
Mau tahu caranya? Begini…
1. Duduklah dengan posisi yang nyaman. Carilah tempat yang tenang, sehingga Anda dapat berkonsentrasi cukup dalam.
2. Pejamkan mata, dan nikmati saat Anda duduk dengan mulai merasakan keberadaan Anda di ruangan dan kursi yang Anda duduki.
3. Sembari Anda merasakan itu semua, Anda dapat mulai membayangkan sedang duduk di sebuah bioskop dengan layar yang besar di hadapan Anda.
4. Dan, mulailah untuk memutar film tentang seseorang yang Anda ingin model. Putarlah tepat pada adegan ia sedang melakukan suatu hal spesifik yang Anda ingin model.
5. Perindah film tersebut dengan membuat gambarnya lebih riil, lebih hidup. Tambahkan warna, efek 3 dimensi, dll. Tambahkan suara-suara seperti musik dan kata-kata yang terdengar nyata bagi Anda. Jika adegan sudah mencapai akhir, putarlah lagi, dan tambahkan kembali hal-hal yang bisa membuat film tersebut lebih hidup. Buat film tersebut begitu nyata, sedemikian sehingga Anda dapat merasakan vibrasi yang begitu kuat dari bangku penonton.
6. Sekarang, melayanglah ke dalam fil tersebut. Saya tidak tahu persis bagaimana caranya, tapi masuklah ke dalam tokoh utama dalam film tersebut. Jadilah ia di dalam film tersebut. Anda melihat dengan mata kepala Anda sendiri, mendengar dengan telinga Anda sendiri, dan merasakan sedang melakukan hal tersebut dengan tubuh Anda sendiri. Selami dari awal sampai akhir…dan rasakan… …seeeepeeeenuuuuhnyaaaa…….
7. Sekarang, keluarlah dari film, dan kembali lah ke bangku penonton. Bagaimana rasanya? Anda puas? Jika belum, Anda bisa mengeditnya sampai ia sesuai dengan keinginan Anda. Jika sudah, ulangi kembali langkah 6, dan ketika Anda merasakan seeeepeeeenuuuuhnyaaaa… tingkatkan intensitas perasaan Anda. Pada saat ia sudah sampai puncak, tarik lah nafas yang dalam, dan pasang sebuah anchor (pemicu) pada tempat tertentu yang Anda inginkan. Anchor ini dapat Anda picu ketika Anda ingin memunculkan perilaku yang baru saja Anda model.
8. Kembalilah ke bangku penonton, dan sekarang, buatlah sebuah film Anda sedang berada dalam suatu situasi di masa depan yang membutuhkan perilaku baru Anda ini. Lihatlah Anda melakukan perilaku tersebut, dengarkan apa yang akan Anda dengar, dan rasakan apa yang Anda rasakan demi melihat hal tersebut. Anda puas? Jika belum, berarti ada yang belum pas dari perilaku yang Anda model. Anda bisa mengulangi kembali langkah 4-7. Jika sudah, bukalah mata dan kembali lah ke tempat Anda duduk sekarang.
Mudah, bukan? Namun, sekali lagi, jam terbang Anda belajar dan berlatih menjadi pemimpin adalah kunci utama dari penguasaan Anda terhadap perilaku yang Anda model. Tidak ada yang berubah sampai Anda menjalankan apa yang Anda pikirkan.

Tidak ada komentar: