Jumat, 30 Januari 2009

Guru: Profesi yang Tercabik-cabik

TAJUK RENCANA
Rabu, 26 November 2008 | 01:29 WIB

Profesi yang Tercabik-cabik

hik... ihik... ihik”. Begitu Mang Usil merayakan Hari Guru Nasional 25 November 2008. Proposisi sebelumnya berbunyi, ”Oh, insan cendekia”.
Kecuali ”ihik... ihik... ihik...” komentar di atas dipungut dari lirik terakhir himne guru yang diamandemen. Sarat makna. Ya, menyindir, ya menangis, ya tak peduli berbagai komentar orang tentang profesi keguruan, guru, dan dosen.
Era reformasi juga ditandai munculnya puluhan asosiasi guru. Dulu hanya ada Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Hari kelahirannya, 63 tahun lalu, ditetapkan sebagai Hari Guru Nasional 25 November. Sekarang lebih dari 20 asosiasi, bahkan ada parpol mendirikan organisasi guru.
Dulu anggota PGRI hanya kenal monoloyalitas, sekarang keharusan itu tak berlaku. Guru dan dosen anggota PGRI mana pun tidak boleh menyalurkan aspirasi politik masing-masing. Seiring upaya parpol menjaring suara dari segala lapisan dan profesi, pemegang profesi keguruan pun jadi sasaran.
Jumlah PNS sekitar 4 juta orang, 2,6 juta di antaranya pemegang profesi guru-dosen, memang bukan jumlah yang signifikan. Namun, kalau dimasukkan pula guru-dosen bukan PNS, bukan anggota asosiasi guru apa pun, dan mereka menangani puluhan juta mahasiswa dan siswa calon pemilih, keberadaan mereka perlu diperhitungkan. Mereka bisa berpengaruh dalam menentukan pilihan parpol.
Anjuran agar mereka tidak terpecah belah dengan adanya puluhan asosiasi dan tetap di bawah PGRI, tidak sepenuhnya bebas kandungan kepentingan politik. Sebaliknya membiarkan mereka terpecah-pecah dalam asoasiai guru, apalagi organisasi di bawah parpol, berarti membiarkan mereka semakin tercabik-cabik dalam urusan perjuangan meningkatkan penghargaan dan kesejahteraan.
Apakah persoalan mendesak dan mendasar yang mereka perjuangkan? Kata Ketua Umum Pengurus Besar PGRI Sulistiyo: sahkan segera Rancangan Peraturan Pemerintah menjadi PP Guru, turunan dari UU Guru dan Dosen! Termasuk kelanjutan program sertifikasi.
Begitukah suara guru seumumnya? Ternyata tidak! Ada sebagian guru, di antaranya mereka yang tergabung dalam Federasi Guru Independen Indonesia. Rancangan PP itu harus direvisi lebih dulu karena belum menjamin kesejahteraan guru swasta.
Profesi guru, profesi terhormat. Tak ada profesi apa pun tanpa peran serta guru. Mereka punya hak menyalurkan aspirasi politik sesuai hati nurani. Anjuran agar mereka bertekun pada peningkatan profesionalisme tetapi tidak diimbangi keberpihakan pada kondisi riil mereka, hanya bumerang dan pemanis belaka.
Jangan salahkan kalau parpol akan memanfaatkan kondisi profesi guru yang tercabik-cabik. Kita amini sindiran kondisi guru: ”Oh insan cendekia. Ihik... ihik... ihik!”

Kompas.Tajuk.rencana
26-11-2008

SKL 2009 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

1 Membaca:
Memahami secara kritis berbagai jenis wacana tulis teks nonsastra berbentuk grafik, tabel, artikel, tajuk
rencana, laporan, karya ilmiah, teks pidato, berbagai
jenis paragraf (naratif, deskriptif, argumentatif,
persuasif, dan eksposisi), serta teks sastra berbentuk
puisi, hikayat, cerpen, drama, novel, biografi, karya
sastra berbagai angkatan dan sastra Melayu Klasik.

Menentukan isi dan bagian-bagian paragraf suatu artikel
Menentukan unsur paragraf
Menentukan isi paragraf, simpulan paragraf, dan arti
istilah/kata dalam paragraf
Menentukan opini dalam tajuk rencana
Menentukan isi grafik, diagram, atau tabel
Menentukan unsur intrinsik dan isi hikayat sastra
Melayu Klasik
Menentukan unsur intrinsik cerpen
Menentukan unsur intrinsik novel
Menentukan masalah yang diungkapkan dan amanat dalam
drama
Menentukan maksud gurindam
Menentukan unsur intrinsik puisi
Menentukan isi kutipan esaI
2 Menulis:
Menulis, menyunting, dan menggunakan berbagai
jenis wacana tulis untuk mengungkapkan pikiran,
gagasan, pendapat, perasaan, dan informasi dalam
bentuk teks naratif, deskriptif, eksposisi,
argumentatif, teks pidato, artikel/esai, proposal, surat
dinas, surat dagang, rangkuman, ringkasan, notulen,
laporan, resensi, karya ilmiah, dan berbagai karya
sastra berbentuk.
puisi, cerpen, drama, novel, kritik, dan esai dengan
mempertimbangkan kesesuaian isi dengan konteks,
kepadanan, ketepatan struktur, ejaan, pilihan kata,
dan penggunaan bahasa.
Menentukan kata penghubung yang tepat untuk melengkapi
paragraf
Menentukan kata serapan untuk melengkapi paragraf
Melengkapi paragraf dengan kata baku
Melengkapi paragraf dengan kata berimbuhan
Melengkapi paragraf deskipsi dengan kalimat yang sesuai
Melengkapi paragraf deskripsi dengan frasa yang sesuai
Melengkapi paragraf analogi
Memperbaiki kalimat simpulan generalisasi
Melengkapi paragraf sebab-akibat
Melengkapi silogisme dengan kalimat yang tepat
Melengkapi paragraf narasi
Menyusun kalimat acak menjadi paragraf
Melengkapi teks pidato dengan kalimat persuasif
Menentukan kalimat latar belakang karya tulis
Memperbaiki kalimat yang mengandung kata kias
dalam karya tulis
Menentukan perbaikan kalimat rancu dalam karya
tulis
Menentukan penulisan judul karya tulis yang tepat
Menentukan kalimat yang sesuai dengan konteks
surat (isi dan bagian/struktur) dan penulisan surat
lamaran pekerjaan
Menentukan kalimat resensi
Melengkapi puisi dengan larik yang bermajas
Melengkapi dialog teks drama dengan peribahasa
Menentukan kalimat kritik sastra

Minggu, 11 Januari 2009

Menemukan Nilai-Nilai dalam Sastra Melayu Klasik

Standar Kompetensi
15. Memahami sastra Melayu klasik
Kompetensi Dasar
15.2 Menemukan nilai-nilai yang terkandung di dalam sastra Melayu klasik
Indikator
• Menemukan nilai-nilai dalam karya sastra Melayu Klasik
• Membandingkan nilai-nilai dalam sastra Melayu Klasik dengan nilai-nilai masa kini
• Mengartikan kata-kata sulit

Untuk memahami karya sastra Melayu klasik, akan lebih mudah apabila Anda memahami karakteristik dan strukstur unsur intrinsik sastra Melayu klasik. Oleh karena itu, sebaiknya Anda betul-betul memahami pelajaran sebelumnya. Agar lebih tuntas, gunakan kembali karya sastra Melayu klasik pada pelajaran sebelumnya tersebut. Dengan demikian, Anda dapat menganalisis karya sastra Melayu klasik secara tuntas.
Bacalah kelanjutan Hikayat Patani berikut.
Hikayat Patani
Hatta antara berapa tahun lamanya baginda diatas takhta kerajaan itu, maka baginda pun berputera tiga orang, dan yang tua laki-laki bernama Kerub Picai Paina dan yang tengah perempuan bernama Tunku Mahajai dan bungsu laki-laki bernama Mahacai Pailang.
Hatta berapa lamanya maka Paya Tu Naqpa pun sakit merkah segala tubuhnya, dan beberapa segala hora dan tabib mengobati tiada juga sembuh. Maka baginda pun memberi titah kepada bendahara suruh memalu canang pada segala daerah negeri: barang siapa bercakap mengobati baginda, jikalau sembuh, raja ambilkan menantu.
Arkian maka baginda pun sangat kesakitan duduk tiada ikrar. Maka bendahara pun segera bermohon keluar duduk di balairung menyuruhkan temenggung memalu canang, ikut seperti titah baginda itu. Arkian maka temenggung pun segera bermohon keluar menyuruhkan orangnya memalu canang. Hatta maka canang itu pun dipalu oranglah pada segerap daerah negeri itu, tujuh hari lamanya, maka seorang pun tiada bercakap.
Maka orang yang memalu canang itu pun berjalan lalu di luar kampung orang Pasai yang duduk di biara Kampung Pasai itu. Syahdan antara itu ada seorang Pasai bernama Syaikh Sa'id. Setelah didengarnya oleh Syaikh Sa'id seru orang yang memalu canang itu, maka Syaikh Sa'id pun keluar berdiri di pintu kampungnya. Maka orang yang memalu canang itu pun lalulah hampir pintu Syaikh Sa'id itu.
Maka kata Syaikh Sa'id: "Apa kerja tuan-tuan memalu canang ini?"
Maka kata penghulu canang itu: "Tiadakan tuan hamba tahu akan raja didalam negeri ini sakit merkah segala tubuhnya? Berapa segala hora dan tabib mengobati dia tiada juga mau sembuh; jangankan sembuh, makin sangat pula sakitnya. Dari karena itulah maka titah raja menyuruh memalu canang ini, maka
Maka kata Syaikh Sa'id: "Kembalilah sembahkan kepada raja, yang jadi menantu raja itu hamba tiada mau, dan jikalau mau raja masuk agama Islam, hambalah cakap mengobat penyakit raja itu."
Setelah didengar oleh penghulu canang itu, maka ia pun segera kembali bersembahkan kepada temenggung seperti kata Syaikh Sa'id itu. Arkian maka temenggung pun dengan segeranya Pergi maklumkan kepada bendahara seperti kata penghulu canang itu. Setelah bendahara menengar kata temenggung itu, maka bendahara pun masuk menghadap baginda menyembahkan seperti kata tememggung itu. Maka titah baginda: "Jikalau demikian, segeralah bendahara suruh panggil orang Pasai itu."
Arkian maka Syaikh Sa'id pun dipanggil oranglah. Hatta maka Syaikh Sa'id pun datanglah menghadap raja.
Maka titah raja pada Syaikh Sa'id: "Sungguhkah tuanhamba bercakap mengobati penyakit hamba ini?"
Maka sembah Syaikh Sa'id: "Jikalau Tuanku masuk agama Islam, hambalah mengobat penyakit Duli Syah 'Alam itu."
Maka titah raja: "Jikalau sembuh penyakit hamba ini, barang kata tuanhamba itu hamba turutlah."
Setelah sudah Syaikh Sa'id berjanji dengan raja itu, maka Syaikh Sa'id pun duduklah mengobat raja itu. Ada tujuh hari lamanya, maka raja pun dapatlah keluar dihadap oleh menteri hulubalang sekalian. Arkian maka Syaikh Sa'id pun bermohonlah kepada baginda, lalu kembali ke rumahya. Antara berapa hari lamanya maka penyakit raja itu pun sembohlah. Maka raja pun
mungkirlah ia akan janjinya dengan Syaikh Sa'id itu.
Hatta ada dua tahun selamanya, maka raja pun sakit pula, seperti dahulu itu juga penyakitnya. Maka Syaikh Sa'id pun disuruh panggil pula oleh raja. Telah Syaikh Sa'id datang, maka titah baginda: "Tuan obatlah penyakit hamba ini. Jikalau sembuh penyakit hamba
sekali ini, bahwa barang kata tuanhamba itu tiadalah hamba lalui lagi."
Maka kata Syaikh Sa'id: "Sungguh-sungguh janji Tuanku dengan patik, maka patik mau mengobati Duli Tuanku. Jikalau tiada sungguh seperti titah Duli Tuanku ini, tiadalah patik mau mengobat dia".
Setelah didengar raja sembah Syaikh Sa'id itu demikian, maka raja pun berteguh-teguhan janjilah dengan Syaikh Sa'id. Arkian maka Syaikh Sa'id pun duduklah mengobat raja itu. Ada lima hari maka Syaikh Sa'id pun bermohonlah pada raja kembali kerumahnya. Hatta antara tengah bulan lamanya, maka penyakit raja itu pun sembuhlah. Syahdan raja pula mungkir akan janjinya dengan Syaikh Sa'id itu.
Hatta antara setahun lamanya maka raja itu pun sakit pula, terlebih dari pada sakit yang
dahulu itu, dan duduk pun tiada dapat karar barang seketika. Maka Syaikh Sa'id pun disuruh panggil oleh raja pula. Maka kata Syaikh Sa'id pada hamba raja itu:
"Tuanhamba pergilah sembahkan kebawah Duli Raja, tiada hamba mau mengobati raja itu lagi, karena janji raja dengan hamba tiada sungguh."
Hatta maka (hamba)raja itu pun kembalilah, maka segala kata Syaikh Sa'id itu semuanya
dipersembahkannya kepada raja.
Maka titah raja kepada bentara: "Pergilah engkau panggil orang Pasai itu, engkau katakan padanya jikalau sembuh penyakitku sekali ini, tiadalah kuubahkan janjiku dengan dia itu. Demi berhala yang ku sembah ini, jikalau aku mengubahkan janjiku ini, janganlah sembuh penyakitku ini selama-lamanya."
Arkian maka bentara pun pergilah menjunjungkan segala titah raja itu kepada Syaikh Sa'id.
Maka kata Syaikh Sa'id: "Baiklah berhala tuan raja itulah akan syaksinya hamba: jikalau lain kalanya tiadalah hamba mau mengobat raja itu."
Hatta maka Syaikh Sa'id pun pergilah mengadap raja. Setelah Syaikh Sa'id datang, maka titah raja: "Tuan obatilah penyakit hamba sekali ini. Jikalau sembuh penyakit hamba ini, barang yang tuan kata itu bahwa sesungguhnya tiadalah hamba lalui lagi."
Maka kata Syaikh Sa'id: "Baiklah, biarlah patik obat penyakit Duli Tuanku. Jikalau sudah sembuh Duli Tuanku tiada masuk agama Islam sekali ini juga, jika datang penyakit Tuanku kemudian harinya, jika Duli Tuanku bunuh patik sekalipun, ridhalah patik; akan mengobat penyakit Tuanku itu, patik mohonlah."
Maka titah raja: "Baiklah, mana kata tuan itu, hamba turutlah."
Setelah itu maka raja pun diobat pula oleh Syaikh Sa'id itu. Hatta antara tiga hari lamanya maka Syaikh Sa'id pun bermohon pada raja, kembali kerumahnya. Hatta antara dua puluh hari lamanya maka penyakit raja itu pun sembuhlah.
Sebermula ada sebulan selangnya, maka pada suatu hari raja semayam di balairung diadap oleh segala menteri hulubalang dan rakyat sekalian. Maka barang siapa bercakap mengobati raja itu, jikalau sembuh penyakitnya, diambil raja akan menantu." titah baginda: "Hai segala menteri hulubalangku, apa bicara kamu sekalian, karena aku hendak mengikut agama
Islam?"
Maka sembah sekalian mereka itu: "Daulat Tuanku, mana titah patik sekalian junjung, karena patik sekalian ini hamba pada kebawah Duli Yang Mahamulia."
Hatta setelah raja mendengar sembah segala menteri hulubalangnya itu, maka baginda pun terlalulah sukacita, lalu berangkat masuk ke istana.
Setelah datanglah pada keesokan harinya, maka baginda pun menitahkan bentara kanan pergi memanggil Syaikh Sa'id, serta bertitah pada bendahara suruh menghimpunkan segala menteri hulubalang dan rakyat sekalian. Maka baginda pun semayam di balairung diadap oleh rakyat sekalian. Pada tatkala itu Syaikh Sa'id pun datanglah menghadap raja diiringkan
oleh bentara. Setelah Syaikh Sa'id itu datang maka raja pun sangatlah memuliakan Syaikh Sa'id itu. Maka titah baginda: "Adapun hamba memanggil tuanhamba ini, karena janji hamba dengan tuanhamba ini hendak masuk agama Islam itulah."
Setelah Syaikh Sa'id mendengar titah raja demikian itu, maka Syaikh Sa'id pun segera mengucup tangan raja itu, lalu dijunjungnya. Sudah itu maka diajarkanlah kalimat syahadat oleh syaikh, demikian bunyinya: "Asyhadu an la ilâha illa l-Lâh wa asyhadu anna Muhammadan rasulu lLâh."
Maka raja pun kararlah membawa agama Islam. Setelah sudah raja mengucap kalimat syahadat itu, maka Syaikh Sa'id pun mengajarkan kalimat syahadat kepada segala menteri hulubalang dan rakyat yang ada hadir itu pula.
Telah selesailah Syaikh Sa'id dari pada mengajarkan kalimat syahadat pada segala mereka itu, maka sembah Syaikh Sa'id: "Ya Tuanku Syah 'Alam, baiklah Tuanku bernama mengikut nama Islam, karena Tuanku sudah membawa agama Islam, supaya bertambah berkat Duli Tuanku beroleh syafa'at dari Muhammad rasul Allah, salla lLâhu alaihi wa sallama diakirat jemah."
Maka titah baginda: "Jikalau demikian, tuanhambalah memberi nama akan hamba."
Arkian maka raja itu pun diberi nama oleh Syaikh Sa'id, Sultan Isma'il Syah Zillullâh Fi l'Alam. Setelah sudah Syaikh Sa'id memberi nama akan raja itu, maka titah baginda: "Anak hamba ketiga itu baiklah tuanhamba beri nama sekali, supaya sempurnalah hamba membawa agama Islam."
Maka kembali Syaikh Sa'id: "Barang bertambah kiranya daulat sa'adat Duli Yang Mahamulia, hingga datang kepada kesudahan zaman paduka anakanda dan cucunda Duli Yang Mahamulia karar sentosa diatas takhta kerajaan di negeri Patani Dasussalam."
Arkian maka Syaikh Sa'id pun memberi nama akan paduka anakanda baginda yang tua itu Sultan Mudhaffar Syah dan yang tengah perempuan itu dinamainya Sitti 'A'isyah dan yang bungsu laki-laki dinamainya Sultan Manzur Syah. Setelah sudah Syaikh Sa'id memberi nama akan anakanda baginda itu, maka baginda pun mengaruniai akan Syaikh Sa'id itu terlalu banyak dari pada emas perak dan kain yang indah-indah. Hatta maka Syaikh Sa'id pun [pun]
bermohonlah pada raja, lalu kembali ke rumahnya di biara Kampung Pasai.
Syahdan pada zaman itu segala rakyat yang di dalam negeri juga yang membawa agama Islam, dan segala rakyat yang diluar daerah negeri seorang pun tiada masuk Islam. Adapun raja itu sungguhpun ia membawa agama Islam, yang menyembah berhala dan makan babi itu juga yang ditinggalkan; lain dari pada itu segala pekerjaan kair itu suatu pun tiada diubahnya.
Sumber: Hikayat Seribu Satu Malam

Setelah membaca karya sastra Melayu klasik tersebut, Anda dapat menemukan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Anda dapat menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam hikayat tersebut dengan mempertimbangkan karakteristik dan unsur-unsur intrinsik yang telahAnda identiikasi sebelumnya.
Nilai-nilai yang dapat Anda temukan dalam karya sastra Melayu klasik dapat berupa nilai budaya, moral, dan agama. Nilai budaya yang dapat kita temukan dari karya sastra Melayu klasik pasti berhubungan dengan budaya Melayu. Begitu juga nilai moral pasti dipengaruhi adat yang berlaku di suku Melayu. Adapun nilai agama akan dipengaruhi agama Islam yang dianut sebagian besar bangsa Melayu. Nilai-nilai tersebut dapat Anda temukan apabila Anda membaca dan memahami karya sastra Melayu klasik tersebut.

Uji Materi
1. Temukan nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra Melayu klasik tersebut.
2. Bandingkan nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra Melayu klasik tersebut dengan nilai-nilai masa kini.
3. Temukan kata-kata sulit dari karya sastra Melayu klasik tersebut dan artikan. Anda dapat menggunakan kamus.
4. Diskusikanlah hasilnya dengan teman-teman Anda.

Kegiatan Lanjutan
1. Anda telah membuat kelompok pada pelajaran sewbelumnya. Kelompok yang sama yang akan akan mengerjakan tugas ini.
2. Gunakan juga karya sastra Melayu klasik yang telah diperoleh kelompok Anda. Namun, Anda juga boleh mencari karya sastra Melayu klasik yang lain.
3. Bacalah karya sastra Melayu klasik tersebut.
4. Temukan nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra Melayu klasik tersebut.
5. Bandingkan nilai-nilai itu dengan nilai-nilai masa kini.
6. Artikan kata-kata sulit yang ditemukan dalam karya sastra Melayu klasik tersebut. Gunakanlah kamus.
7. Sampaikanlah hasilnya di depan kelompok yang lain untuk mendiskusikannya.
8. Lakukan pengamatan terhadap hasil kerja kelompok yang lain dengan memberikan penilaian berdasarkan tabel penilaian berikut.
Penilaian Analisis Hikayat Patani
No Hal yang Dinilai Rentang nilai Nilai
1 Nilai-nilai dalam Hikayat Patani 0-2
2 Analisis terhadap nilai-nilai masa kini 0-4
3 Perbandingan nilai-nilai 0-4
Jumlah total

Mengidentifikasi Sastra Melayu Klasik

Standar Kompetensi
15. Memahami sastra Melayu klasik
Kompetensi Dasar
15.1 Mengidentifi-kasi karakteristik dan struktur unsur intrinsik sastra Melayu klasik
Indikator
• Mengidentifikasi karakteristik karya sastra Melayu klasik
• Menentukan struktur (unsur) karya sastra Melayu klasik
• Menuliskan secara ringkas isi karya sastra Melayu klasik dengan bahasa sendiri ke dalam beberapa paragraf

Pernahkah Anda membaca karya sastra Melayu klasik? Sejak dahulu, bangsa kita mengenal karya sastra. Salah satunya, karya sastra Melayu klasik. Sastra Melayu klasik tidak hanya menjadi wujud ekspresi masyarakat Melayu saat itu, tetapi juga sebagai penyampai nilai-nilai kehidupan. Oleh karena itu, mengapresiasi sastra Melayu klasik sangat bermanfaat bagi hidup Anda.
Dalam pembelajaran-pembelajaran sebelumnya Anda belajar berbagai informasi yang berhubungan dengan kehidupan modern, kali ini Anda akan mengambil manfaat dengan belajar mengapresiasi sastra Melayu klasik. Bacalah karya Melayu klasik berikut

Hikayat Patani
Bismillahirrahmanirrahiim. Wabihi nastainu, biIlahi al a'la.
Inilah suatu kisah yang diceritakan oleh orang tua-tua, asal raja yang berbuat negeri Patani
Darussalam itu.
Adapun raja di Kota Maligai itu namanya Paya Tu Kerub Mahajana. Maka Paya Tu Kerub Mahajana pun beranak seorang laki-laki, maka dinamai anakanda baginda itu Paya Tu Antara. Hatta berapa lamanya maka Paya Tu Kerub Mahajana pun matilah. Syahdan maka Paya Tu Antara pun kerajaanlah menggantikan ayahanda baginda itu. Ia menamai dirinya Paya Tu Naqpa.
Selama Paya Tu Naqpa kerajaan itu sentiasa ia pergi berburu. Pada suatu hari Paya Tu Naqpa pun duduk diatas takhta kerajaannya dihadap oleh segala menteri pegawai hulubalang dan rakyat sekalian. Arkian maka titah baginda: "Aku dengar khabarnya perburuan sebelah tepi laut itu terlalu banyak konon."
Maka sembah segala menteri: "Daulat Tuanku, sungguhlah seperti titah Duli Yang Mahamulia itu, patik dengar pun demikian juga."
Maka titah Paya Tu Naqpa: "Jikalau demikian kerahkanlah segala rakyat kita. Esok hari kita hendakpergi berburu ke tepi laut itu."
Maka sembah segala menteri hulubalangnya: "Daulat Tuanku, mana titah Duli Yang Mahamulia patik junjung."
Arkian setelah datanglah pada keesokan harinya, maka baginda pun berangkatlah dengan segala menteri hulubalangnya diiringkan oleh rakyat sekalian. Setelah sampai pada tempat berburu itu, maka sekalian rakyat pun berhentilah dan kemah pun didirikan oranglah. Maka baginda pun turunlah dari atas gajahnya semayam didalam kemah dihadap oleh segala menteri hulubalang rakyat sekalian.
Maka baginda pun menitahkan orang pergi melihat bekas rusa itu. Hatta setelah orang itu datang menghadap baginda maka sembahnya: "Daulat Tuanku, pada hutan sebelah tepi laut ini terlalu banyak bekasnya."
Maka titah baginda: "Baiklah esok pagi-pagi kita berburu"
Maka setelah keesokan harinya maka jaring dan jerat pun ditahan oranglah. Maka segala rakyat pun masuklah ke dalam hutan itu mengalan-alan segala perburuan itu dari pagi-pagi hingga datang mengelincir matahari, seekor perburuan tiada diperoleh. Maka baginda pun amat hairanlah serta menitahkan menyuruh melepaskan anjing perburuan baginda sendiri itu. Maka anjing itu pun dilepaskan oranglah. Hatta ada sekira-kira dua jam lamanya maka berbunyilah suara anjing itu menyalak. Maka baginda pun segera mendapatkan suara anjing itu.
Setelah baginda datang kepada suatu serokan tasik itu, maka baginda pun bertemulah dengan segala orang yang menurut anjing itu. Maka titah baginda:
"Apa yang disalak oleh anjing itu?"
Maka sembah mereka sekalian itu: "Daulat Tuanku, patik mohonkan ampun dan karunia. Ada seekor pelanduk putih, besarnya seperti kambing, warna tubuhnya gilang gemilang. Itulah yang
dihambat oleh anjing itu. Maka pelanduk itu pun lenyaplah pada pantai ini."
Setelah baginda mendengar sembah orang itu, maka baginda pun berangkat berjalan kepada tempat itu. Maka baginda pun bertemu dengan sebuah rumah orang tua laki-bini duduk merawa dan menjerat. Maka titah baginda suruh bertanya kepada orang tua itu, dari mana datangnya maka ia duduk kemari ini dan orang mana asalnya.
Maka hamba raja itu pun menjunjungkan titah baginda kepada orang tua itu. Maka sembah orang tua itu: "Daulat Tuanku, adapun patik ini hamba juga pada kebawah Duli Yang Mahamulia, karena asal patik ini duduk di Kota Maligai. Maka pada masa Paduka Nenda berangkat pergi berbuat negeri ke Ayutia, maka patik pun dikerah orang pergi mengiringkan
Duli Paduka Nenda berangkat itu. Setelah Paduka Nenda sampai kepada tempat ini, maka patik pun kedatangan penyakit, maka patik pun ditinggalkan oranglah pada tempat ini."
Maka titah baginda: "Apa nama engkau?"
Maka sembah orang tua itu: "Nama patik Encik Tani."
Setelah sudah baginda mendengar sembah orang tua itu, maka baginda pun kembalilah pada kemahnya.Dan pada malam itu baginda pun berbicara dengan segala menteri hulubalangnya hendak berbuat negeri pada tempat pelanduk putih itu. Setelah keesokan harinya maka segala menteri hulubalang pun menyuruh orang mudik ke Kota Maligai dan ke Lancang mengerahkan segala rakyat hilir berbuat negeri itu. Setelah sudah segala menteri hulubalang dititahkah oleh baginda masingmasing dengan ketumbukannya, maka baginda pun berangkat kembali ke Kota Maligai.
Hatta antara dua bulan lamanya, maka negeri itu pun sudahlah. Maka baginda pun pindah hilir duduk pada negeri yang diperbuat itu, dan negeri itu pun dinamakannya Patani Darussalam (negeri yang sejahtera). Arkian pangkalan yang di tempat pelanduk putih lenyap itu (dan pangkalannya itu) pada Pintu Gajah ke hulu Jambatan Kedi, (itulah. Dan) pangkalan itulah tempat Encik Tani naik turun merawa dan menjerat itu. Syahdan kebanyakan kata orang nama negeri itu mengikut nama orang yang merawa itulah. Bahwa sesungguhnya nama negeri itu mengikut sembah orang mengatakan pelanduk lenyap itu. Demikianlah hikayatnya.
Sumber: Hikayat Seribu Satu Malam

Setelah membaca karya sastra Melayu klasik tersebut, Anda dapat mengidentifikasinya. Anda dapat mengidentifikasi ciri-ciri karya sastra Melayu klasik tersebut. Anda juga dapat mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik karya sastra Melayu klasik tersebut.
Ada beberapa ciri-ciri yang dapat Anda identifikasi dari karya sastra Melayu klasik tersebut, di antaranya: menggunakan bahasa Melayu klasik menghubungkan cerita dengan kejadian alam atau tempat, berkisah tentang kerajaan (istana sentris)
Dari hasil membaca sendiri karya sastra Melayu klasik tersebut, apakah ada ciri-ciri lain yang Anda temukan dari karya sastra Melayu klasik tersebut?
Selain ciri-ciri karya sastra Melayu klasik tersebut, Anda juga dapat mengidentifikasi unsur-unsur intrinsiknya. Sebelum mengidentifikasi unsur-unsur tersebut, sebaiknya Anda pahami terlebih dahulu unsur-unsur intrinsik tersebut.
Unsur-unsur intrinsik karya sastra Melayu klasik hampir sama dengan karya sastra prosa lainnya, seperti tema alur, latar, penokohan, dan amanat.
1. Tema adalah dasar cerita sebagai titik tolak dalam penyusunan cerita.
2. Alur atau plot adalah struktur penceritaan yang di dalamnya berisi rangkaian kejadian atau peristiwa yang disusun berdasarkan hukum sebab akibat serta logis. Alur tersebut ada yang berupa alur maju, alur mundur, atau alur campuran.
3. Penokohan adalah pelukisan atau pendeskripsian atau pewatakan tokoh-tokoh dalam cerita.
4. Latar atau setting merupakan tempat, waktu, dan keadaan terjadinya suatu peristiwa.
5. Amanat adalah pesan-pesan yang ingin disampaikan dalam cerita.
Seperti yang telah Anda baca, karya sastra Melayu klasik menggunakan bahasa Melayu klasik. Anda dapat menuliskan kembali karya sastra Melayu klasik tersebut dengan menggunakan bahasa sendiri. Untuk dapat melakukannnya, Anda harus memahami isinya, baru Anda ceritakan tanpa harus terpaku pada bahasa asli karya sastra tersebut. Oleh karena itulah, Anda perlu membaca karya tersebut dengan saksama.
Sekarang, untuk mengasah pemahaman Anda tentang karya sastra Melayu klasik, kerjakanlah latihan berikut.

Uji Materi
1. Identifikasilah karakteristik atau ciri-ciri karya sastra Melayu klasik "Hikayat Patani".
2. Tentukan unsur intrinsik karya sastra Melayu klasik tersebut.
3. Tuliskan secara ringkas isi karya sastra Melayu klasik tadi dengan bahasa sendiri ke dalam beberapa paragraf.

Kegiatan Lanjutan
1. Buatlah beberapa kelompok.
2. Setiap kelompok mencari sebuah karya sastra Melayu klasik. Anda dapat mencarinya di perpustakaan sekolah atau perpustakaan lain di daerah Anda.
3. Bacalah karya sastra Melayu klasik tersebut.
4. Identifikasilah karakteristik karya sastra Melayu klasik tersebut.
5. Identifikasilah unsur-unsur intrinsik yang ada di dalam karya sastra Melayu klasik tersebut.
6. Tuliskan secara ringkas isi karya sastra Melayu klasik tersebut dengan bahasa sendiri ke dalam beberapa paragraf.
7. Lakukan pengamatan terhadap hasil kerja kelompok yang lain dengan memberikan penilaian berdasarkan tabel penilaian berikut.
Penilaian Identifikasi Karya Sastra Melayu Klasik
No. Hal yang Diamati Penilaian (1–10)
1 Analisis unsur intrinsik
2 Analisis unsur ekstrinsik
3 Pengamatan terhadap nilai didaktik
4 Kelengkapan data pengamatan

Sabtu, 10 Januari 2009

Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR) 2009

TUJUAN:Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR) bertujuan untuk membangkitkan minat dan memupuk kegemaran remaja untuk melakukan kegiatan penelitian yang bersifat ilmiah.SYARAT PESERTA:Warga Negara Indonesia; Siswa SMA/MA negeri/swasta; Perorangan atau kelompok; Usia maksimum 19 tahun; Bersedia menyerahkan hak cipta hasil karyanya; Tunduk kepada keputusan Dewan Juri.RUANG LINGKUP KEILMUAN:Pertanian, Biologi, Matematika, Fisika, Mesin, Elektronika, Kimia, Geologoi, Kesehatan, Psikologi, Bahasa, Kesusastraan, Sejarah, Kebudayaan, Ekologi, Antar Bidang, Ekonomi, Manajemen, Pendidikan, Sosiologi.Karya tulis dapat berupa penemuan baru, rekaan asli, inovasi, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kehidupan masyarakat.PENYAJIAN:Judul menarik, singkat, dan mencerminkan isi karya penelitian; Menyertakan pendahuluan yang menerangkan intisari masalah yang diteliti, metode atau tatacara lain yang dipakai untuk mendapatkan data dan informasi; Menguraikan hasil penelitian berdasarkan pustaka yang dipakai; Memberikan secara lengkap daftar pustaka (nama penulis, tahun, judul buku/laporan, nama penerbit, kota).CARA MENGIKUTI:Karya dikirim kepada: Sekretariat PanitiaLomba Penelitian Ilmiah RemajaDEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALDirektorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan MenengahDirektorat Pembinaan Sekolah Menengah AtasGedung B Ditjen MandikdasmenJl. RS. Fatmawati, Cipete, Jakarta Selatan 12410Telp. +62 21 75912056, Fax. +62 21 75912057email:bagpro_pwk@yahoo.com, www.dikmenum.go.id Setiap karya disertai Nama Lengkap, Tempat/Tanggal Lahir, Jenis Kelamin, Nomor Induk Siswa, Alamat Rumah dan Alamat Sekolah lengkap dengan nomor telepon, Nama Orang Tua dan Pendidikan Orang Tua. Dilengkapi dengan fotocopy kartu OSIS/Kartu Pelajar.Penerimaan karya penelitian ilmiah oleh Sekretariat panitia dimulai tanggal 2 Mei 2009 dan berakhir tanggal 30 Juni 2009.PENENTUAN FINALIS & PEMENANG:Semua karya yang masuk ke Sekretariat Panitia akan diperiksa kesesuaiannya dan persyaratannya. Semua karya yang memenuhi persyaratan akan dinilai oleh Dewan Juri untuk dipilih dan ditentukan sejumlah karya terbaik sebagai finalis. Para finalis hasil penilaian Dewan Juri akan diminta kehadirannya di Jakarta pada waktu yang telah ditentukan untuk diwawancarai guna menentukan pemenang.HADIAH DAN PENGHARGAAN:Menteri Pendidikan Nasional akan memberikan penghargaan berupa TABANAS, Piagam Penghargaan, serta hadiah lain kepada semua finalis.Pemenang Pertama: TABANAS sebesar Rp. 10.000.000,-Pemenang Kedua:TABANAS sebesar Rp. 7.500.000,-Pemenang Ketiga:TABANAS sebesar Rp. 6.000.000,-Pemenang Harapan Pertama:TABANAS sebesar Rp. 3.500.000,-Pemenang Harapan Kedua:TABANAS sebesar Rp. 3.000.000,- KETENTUAN KHUSUS:Karya LPIR yang dikirim tidak boleh merupakan bahan yang diajukan untuk persyaratan ujian, penyelesaian tugas sekolah, dan lain – lainnya.
Karya yang diajukan tidak boleh diikutkan pada lomba lain dan juga bukan karya yang pernah diikutsertakan dalam lomba sebelumnya atau lomba lain yang sejenis.
Apabila hasil karya yang terpilih sebagai finalis merupakan hasil karya kelompok, maka yang diundang hanya ketua atau salah satu anggota kelompok yang mendapat kepercayaan untuk mewakili kelompoknya, dengan persyaratan tertulis.
SumberDirektorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan MenengahDirektorat Pembinaan Sekolah Menengah Atashttp://www.depdiknas.go.id/